Sabtu, 22 Juni 2013


Ladri di Biciclette: Sebuah Usaha Pencapaian Estetika Neorealisme Italia
Oleh: Aditya Adinegoro

(Catatan untuk pemutaran "Ladri di Biciclette/Pencuri Sepeda" | Jumat, 21 Juni 2013)

Membicarakan Neorealisme Italia berarti membicarakan bagaimana persoalan realitas menjadi perenungan dan pertimbangan akan wujudnya dalam konteks sinema. Realitas disini bukanlah semacam realitas peristiwa yang ditampilkan dalam filem dokumenter maupun reportase romantik, melainkan sebuah usaha untuk menampilkan kepada penonton bagaimana realitas dapat dicapai dalam bentuk estetikanya yang dikonstruksi secara utuh ke dalam logika sebuah bahasa; bahasa sinema. Andre Bazin menyebutkan bahwa sinema neorealisme Italia adalah sinema pembebasan, tidak hanya merujuk kepada “pembebasan” Italia pasca-fasisme, namun sinema ini adalah satu-satunya sinema yang berhasil melukiskan zaman yang dilaluinya, yang akhirnya menyelamatkan humanisme revolusioner.

Ladri di Biciclette adalah salah satunya, bagaimana sebuah realitas disusun dalam bentuk estetiknya dalam menterjemahkan kehidupan masyarakat Italia yang jatuh dalam kehancuran politik dan ekonomi akibat kekalahan rezim Mussolini dalam Perang Dunia II. Alih-alih mengangkat kisah-kisah dramatik untuk membangun estetika realismenya, Ladri di Biciclette justru berbicara mengenai potret keseharian dan kemiskinan masyarakat kelas pekerja bawah. Namun justru disinilah letak kekuataan estetikanya, sinema berhasil membingkai sebuah kisah sederhana untuk kemudian diterima oleh penonton sebagai bagian dari realitas itu sendiri. 




Filem ini menggambarkan kisah tersebut dengan cara linier, dimulai dengan sang tokoh utama Antonio Ricci yang akhirnya mendapatkan pekerjaan sebagai tukang penempel poster dengan syarat ia harus memiliki sepeda. Kabar ini menjadi dilematis bagi Ricci karena sepedanya sedang digadaikan. Dengan terpaksa, ia dan istrinya, Maria menggadaikan beberapa seprei tampat tidurnya untuk menebus kembali sepeda tersebut. Harapan bagi keluarga Ricci untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik menjadi sirna ketika sepada yang ia pakai di hari pertamanya bekerja, dicuri oleh orang lain. Selanjutnya cerita akan bergulir mengenai usaha pencarian sepeda oleh Ricci dan anak laki-lakinya Bruno. Kisah ini diakhiri dengan cerita yang memilukan dimana Ricci kemudian mencuri sepeda milik orang lain namun digagalkan oleh sekelompok orang hingga akhirnya ia dipermalukan oleh publik di depan anak lelakinya. Sebuah hal yang menyiratkan bahwa untuk bisa bertahan dalam kehidupan masyarakat kelas bawah, satu sama lain harus saling mencuri.



Dalam wujud estetiknya, bagi saya Ladri di Biciclette adalah sebuah perjalanan. Usaha pencarian sepeda yang  dilakukan yang membawa ke tempat-tempat seperti  kantor polisi, pasar, alun-alun, gereja, restoran, pemukiman pencuri, hingga di depan stadion, adalah perjalanan menyusuri ruang, hubungan sosial, serta struktur masyarakat Italia pada waktu  itu. Estetika yang dibangun tentu saja bukan estetis secara piktural dalam menampilkan tempat-tempat tersebut, namun sebuah  estetika “pengembaraan” yang menembus batas-batas ruang serta wilayah sosial mulai dari keluarga, masyarakat, agama, hingga negara. Kekuatan massa digambarkan begitu penting di filem ini. Filem ini dimulai dan diakhri dengan kehadiran massa di dalamnya. Massa dihadirkan dengan tujuan untuk menunjukkan ambiguitas kebenaran dalam realitas, yakni kebenaran massa.

Filem ini menggunakan aktor non-profesional sebagai tokoh utamanya. Lamberto Maggiorani yang memerankan tokoh Antonio Ricci adalah seorang bekas buruh pabrik baja. Lianella Carell yang memerankan tokoh sang isteri adalah seorang jurnalis, Dan tokoh Bruno, anak laki-laki mereka, diperankan oleh Enzo Staiola yang kesehariannya adalah anak-anak biasa yang bermain di jalanan. Sebagian besar lokasi syuting yang dilakukan adalah di jalanan, tanpa set. Filem ini pun tidak memiliki nilai drama, seluruh peristiwa berlangsung dalam bobot yang sama. Andre Bazin menyebutkan bahwa Ladri di Biciclette adalah salah satu filem penting dalam Neorealisme Italia hingga memberikan pengaruh ke dalam perkembangan bahasa sinema yang baru. Dalam hal ini ia menyatakan Ladri di Biciclette sebagai salah satu contoh dari sinema murni. Tidak ada aktor, tidak ada cerita, dan  juga tidak ada set. Estetika sempurna dari ilusi realitas adalah tidak ada sinema.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar