Selasa, 02 Juli 2013


Menghadirkan Realisme Dalam Cerita; La Terra Trema
Oleh: Aditya Adinegoro

Klub Sinema Atap #2 | Jumat, 28 Juni 2013 | | klubsinemaatap.blogspot.com | @arekinetik | waft-lab.com | @WAFTLAB

La Terra Trema menggunakkan pendekatan sastrawi dalam membingkai realitas ke dalam jalinan ceritanya. Filem ini diadaptasi dari novel yang dikarang oleh Giovanni Verga, I Malavoglia (1880). Novel tersebut menggunakan gaya khas Realisme Italia (Verismo) yang berseberangan dengan pendekatan gaya Romantis. Dalam usahanya menggambarkan realitas secara murni, Verismo menggunakan Indra untuk menjadikan dasar pengetahuan dalam menggambarkan detail kenyataan yang berlangsung di hadapan pengarang (author), bukan dengan penggambaran yang melibatkan perasaan pengarang. Sebuah usaha untuk mencapai obyektivitas dalam mengungkapkan realismenya.

Dalam alur ceritanya, La Terra Trema terbagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama mengisahkan ‘Ntoni, anak lelaki tertua dari keluarga Valastro salah satu keluarga nelayan di Aci Trezza, desa kecil di pesisir timur Sisilia, Italia, yang telah muak dengan kehidupan mereka yang diperlakukan secara tidak adil oleh para tengkulak, pemilik semua perahu di desa mereka yang memperkerjakan para nelayan, lalu kemudian membeli dengan harga murah untuk hasil tangkapan ikan mereka. ‘Ntoni pun berkeinginan untuk lepas dari cengkraman para tengkulak untuk memulai usaha mandiri keluarganya, tanpa harus bergantung kepada para tengkulak. Dengan menggadaikan rumahnya, keluarga Valastro mempunyai cukup uang untuk membeli perahu mereka sendiri dan menjual hasil tangkapannya dengan cara mereka sendiri. Kehidupan menjadi lebih baik bagi keluarga Valastro saat itu. Di bagian kedua, harapan untuk keluar dari kemiskinan menjadi sirna, ketika perahu ‘Ntoni dan keluarganya mengalami masalah ketika melaut, badai menghempaskan perahu mereka hingga jauh dan merusakkan sebagian besar kondisi perahu mereka. Perahu mereka pun akhirnya tidak dapat digunakan. Dengan tidak adanya perahu, berarti tidak ada hasil tangkapan. Tidak ada hasil tangkapan, berarti akan ada bencana kelaparan. Sebuah hukum yang berlaku bagi kehidupan nelayan. Dan pada bagian ketiga, ketika keluarga Valastro bertahan dengan mencari pekerjaan yang bisa didapatkan dan tak juga mendapatkan peruntungan yang lebih baik, di saat itu pula mereka harus menghadapi kenyataan dengan cara berkompromi untuk kembali lagi bekerja untuk para tengkulak. Mereka sadar, sekalipun mereka harus diperlakukan ke dalam sistem yang tidak memihak kepada mereka, namun kehidupan harus terus dipertahankan, sekalipun itu menyakitkan.


Dalam teknik gambarnya, La Terra Trema sama sekali tidak menggunakan montase, makna tidak dimunculkan melalui simbolisme citra, setiap citranya memunculkan makna dan mengungkapkannya seutuhnya. Visconti, sang sutradara, seringkali menggunakan gambar panoramik yang khas untuk membangun citra terhadap peristiwa dan membuka peluang sepenuhnya kepada para penonton untuk turut serta membangun makna di balik kisah itu sendiri. Sekalipun minim teknik dalam penggunaan montase, bukan berarti La Terra Trema tidak kehilangan estetikanya. Bagi Andre Bazin, filmnya justru memancarkan sebuah puisi luar biasa yang sekaligus intim dan sosial.



La Terra Trema dan Ladri di Biciclette disebut-sebut sebagai bagian dari puncak gerakan Neorealisme Italia. Kedua-duanya menggunakan pendekatan realitas yang melibatkan interaksi sosial yang kuat, dimulai dari unit terkecil yakni keluarga, menuju unit yang terbesar, masyarakat. Dalam hal ini, realitas dalam Neorealsime Italia tidak bisa terlepas di antara ruang dan batas yang terjadi dalam interaksi sistem sosial. Usaha Visconti harus dihargai dalam keberhasilannya menguasai dan memimpin para pemerannya. Dengan menggunakan para aktor dan aktris yang memang memiliki kedekatan dan pengalaman sebagai nelayan dalam kehidupan sehari-hari mereka, para pemeran seolah-olah tengah memerankan diri mereka sendiri. Menurut Bazin, Visconti telah berjasa dalam memadukan secara dialektis berbagai perolehan sinema Italia mutakhir ke dalam suatu estetika yang lebih luas, lebih canggih, dan istilah realisme itu sendiri kehilangan maknanya di sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar